Asal Usul Desa Sumberagung

Pada jaman dahulu kala saat penjajahan Belanda ada seorang demang dari daerah Ponorogo yang melarikan diri dari kerajaan tentara Belanda, karena menolak diajak kerjasama sampai ke daerah Jomblang, nama tempat di Dusun Suromenggalan. Pada waktu itu daerah tersebut masih berupa hutan belantara lalu oleh Demang Suro Tirto hutan tersebut dibabat dan ditengah-tengah pekerjaan beliau berjanji besok yen ono rejo jaman, takĀ  jenengne Sumenggalan. Sejak saat itu sekitar tahun 1903 derah tersebut dikenal dengan nama Suromenggalan.

Selanjutnya menurut sesepuh desa ada seorang Bekel dari Mataram melarikan diri dari kerajaan Belanda dan akhirnya masuk hutan dan kemudian ditebang dan dinamakan Mentaraman, sejak saat itu sekitar tahun 1903 sampai 1905 daerah tersebut dikenal dengan nama Mentaraman. Seiring dengan perkembangan jaman tiga dukuh tersebut, yaitu Jomblang, Suromenggalan, dan Mentaraman dijadikan satu dengan nama Suromenggalan.

Kemudian Suri Tirto bertemu dengan orang Mataram dan sepakat untuk menebang hutan disebelahnya, dan ternyata hutan tersebut banyak pohon Ploso, kemudian pohon tersebut oleh masyarakat dibuat panggung, lalu Suro Tirto dan orang Mataram bersepakat untuk menamakan tempat dengan nama Panggungploso.

Setelah terbentuknya Dukuh Panggungploso, Suro Tirto melanjutkan perjalanan kearah timur dan bertemu dengan saudaranya yang sedang membawa kerbau dan menemukan sumber air yang sangat besar. Air tersebut mengalir terus menerus ke arah rawa remang dimana rawa tesebut banyak bunga teratainya. Kemudian Suro Tirto dan saudaranya bertemu dengan orang Tionghoa yang bernama Suhu Tan Tik Siu dan Belanda, bersepakat mau menutup sumber tersebut.

Belanda memerintahkan seluru masyarakat Tulungagung untuk mengumpulkan buk atau tikar yang sudah tidak terpakai. Duk yang sudah terkumpul diikat dengan tikar kemudian digunakan untuk menutup sumber tersebut, kejadian tersebut terjadi pada tahun 1909, sejak saat itu tempat tersebut oleh para sesepuh diberi nama Sumberagung. Sebelum dinamakan Sumberagung ternyata dulu tempat tersebut bernama Jabalan yang artinya tampak besar seperti gunung. Namun dengan adanya sumber yang sangat besar tersebut, para sesepuh menyebut wilayah Tanian. Karena kesulitan menyebut kata Tanian akhirnya menjadi Tanen dan kata tersebut digunakan untuk memberi nama Dukuh Tanen.

Untuk wilayah Barat dibabat oleh dua orang yang bernama Syeh Muko dan Jogo Gati. Kedua orang tersebut membuka hutan diwilyah barat sampai dengan babadannya Ahmad Kaidan. Wilayah ini dahulu dikelilingi atau diubengi dalam bahasa Jawa, oleh rawa-rawa. Seiring dengan perkembngan jaman daerah tersebut dikenal dengan nama Rowoubeng, yang akhirnya menjadi Dukuh Rowoubeng.

Syeh Muko dan KI Jogo Gati membuka wilayah Rowoubeng bagian barat, sedangkan bagian timur dirintis oleh Hasan Tholib dan H. Abdur Rozak yang bersal dari daerah Magelang Jawa Tengah.

Untuk wilayah timur dan timur laut dirintis oleh empat rang yang bernama Ronodipo, Songgotro, Mardi Kromo dan Wario Semito. Daerah ini dulunya banyak terdapat Pohon Ploso. Dikarenakan banyaknya Pohon Ploso yang tumbuh di daerah ini, sehingga seiring perkembangan jaman daerah ini dikenal dengan nama Plosokerep yang mempunyai makna, daerah banyak Pohon Plosonya. Daerah ini akhirnya terbentuk dukuh sendiri dengan nama Dukuh Plosokerep.

 

Seiring berkembangnya jaman pada sekitar tahun 1937, keempat dukuh tersebut yakni Purwodadi, Tanen, Rowoubeng, dan Plosokerep bergabung menjadi satu dengan Desa Tanen, yang dipimin oleh kepala desa, yang meliputi wilayah, diantaranya; Dukuh Purwodadi, Dukuh Tanen, Dukuh Rowoubeng, dan Dukuh Plosokerep. Setiap daerah dipimpin oleh kepala duku atau kamituwo dan pada saat itu terjadi kesepakatan bahwa yang menjadi krajan adalah Dukuh Tanen.

Pada tahun 1985 Dukuh Plosokerep dijadikan satu dengan Dukuh Tanen, karena Dukuh Plosokerep tidak mempunyai kepalah dukuh. Sejak saat itu nama dukuh berubah menjadi dusun dan kepala dukuh berubah menjadi kepala dusun dan Desa Tanen terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun Purwodadi (gabungan dari Purwodadi Lor dan Purwodadi Kidul) yang dibagi menjadi 6 RW dan 12 RT, DUsun Tanen (gabungan dari Tanen dan Plosokerep) yang dibagi menjadi 6 RW dan 13 RT, serta Dusun Rowoubeng yang dibagi menjadi 1 RW dan 4 RT.

Demikianlah sekilas mengenai asal usul terbentuknya Desa Tanen yang terdapat di sebelah timur dari pusat Pemerintahan Kabupaten Tulungagung. Semoga dengan keberadaan tulisan ini, dapat dijadikan wawasan pengetahuan bagi masyarakat maupun pelajar, dalam rangka menemukan identitas suatu desa.